Connect with us

    NEWS

    Sisa Galian C Mangkrak Ancam Perkampungan

    Published

    on

    Sisa material galian C mangkrak dalam radius Kawasan Rawan Bencana (KRB) III radius enam kilometer mengancam perkampungan. (Ist)

    Sisa material galian C mangkrak dalam radius Kawasan Rawan Bencana (KRB) III radius enam kilometer mengancam perkampungan. (Ist)


    KARANGASEM, JARRAK POS – Banjir sungai Gunung Agung (Udaya Parwata) kembali aktif setelah meningkatnya aktivitas dan ditetapkan status Awas tanggal 22 September 2017. Aliran tersebut telah mengantam lahan-lahan warga yang dialui jalur utama sungai dari puncak Gunung Agung.

    Sungai banyak kembali meningkat dialiri sehingga terdampak pada warga yang tinggal di daerah tersebut, termasuk jalur Rafting Sungai Yeh Sah rusak total sejak status Awas kedua tanggal 26 November 2017.

    Salah satu yang kini menjadi perhatian mengenai sisa material galian C mangkrak yang kabarnya milik Wakil Gubernur Ketut Sudikerta dalam radius Kawasan Rawan Bencana (KRB) III radius enam kilometer mengancam perkampungan yang ditempati Walikota Denpasar IB Rai Wijaya Mantra.

    Advertisement

    “Kondisi itu cukup memprihatinkan karena material Galian C jebol melalui Sungai Panti yang digerus banjir Gunung Agung menuju desa duda yang sudah padati penduduk,” kata warga Duda Utara I Nyoman Eka Semaraputra di Karangasem, Rabu (7/2/2018).

    Sungai Panti yang Desa Duda Utara, Kecamatan Selat Karangasem yang merupakan jalur utama lahar panas pada erupsi Gunung Agung tahun 1963. Ketika itu melewati Dusun Tukad Sabuh, Gerianan Kangin, Pegubugan dan Duda. “Dimana Duda yang merupakan perkampungannya Rai Mantra,” ujarnya.

    Bahkan lima hari hujan berturut-turut mengguyur Karangasem yang mengakibatkan meningkatnya volume air sejumlah sungai dari puncak Gunung Agung. Kondisi itu mengakibatkan kandang bibit Ayam Boiler milik Made Sudarma diterjang aliran banjir lahar hujan Sungai Panti, yang mematikan ribuan ayam pada Kamis (01/02) sekitar pukuk 05.30 Wita.

    Selain itu, terputusnya jalan penghubung dua desa adat antara Geriana Kangin dengan Geriana Kauh yang melewati bekas aliran Sungai Panti. Saat ini, warga setempat membuat jembatan darurat. “Apabila banjir besar kembali terjadi akan mengkhawatirkan daerah tersebut, karena sudah menjadi permukiman,” ujarnya.

    Advertisement

    Kekhawatiran itu muncul karena sebagian bukit sudah dikeruk. Sedangkan Desa Duda, dulunya bukit tersebut yang melindungi dari ancaman erupsi Gunung Agung 1963. Sementara itu, salah satu warga Duda Utara Kadek Sudarta menambahkan, rusaknya jalan yang sempat dibangun menuju Galian C akibat derasnya arus banjir lahar dan air hujan Gunung Agung.

    Sungai juga semakin dangkal karena tertimbun material, bahkan ada sebuah Goa sebagi sumber keluarnya angin (udara). “Saya sudah dua kali mengalami erupsi Gunung Agung, memang betul sungai Panti dialiri lahar panas,” ungkapnya.

    Sesuai penuturan leluhurnya, awalnya sungai tersebut merupakan hutan pohon jambu namun lahar panas sebelum letusan 1963 yang membentuk Sungai Panti. Untuk itu, pihaknya tetap memilih mengungsi dan tidak berani mendekati badan sungai ketika nampak hujan di Gunung Agung.

    Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang dialporkan oleh Nurul Husaeni periode pengamatan pukul 12:00-18:00 Wita yang menyatakan Gunung Agung secara metrologi bahwa cuaca berawan dan mendung. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah timur. Suhu udara 25-28 °C dan kelembaban udara 68-80 %.

    Advertisement

    Dengan visual nampak Gunung Agung kabut 0-II hingga kabut 0-III. Asap kawah tidak teramati. Sedangkan terjadi kegempaan hembusan sekali dengan Amplitudo 16 mm durasi : 65 detik. Vulkanik Dalam sebanyak dua kali, Amplitudo 20-24 mm, S-P 1.5-3 detik, durasi : 30-34 detik.

    Serta Tektonik Jauh sebanyak sebanyak sekali dengan Amplitudo 24 mm, S-P 18 detik dan durasi : 160 detik. Untuk itu, Gunung Agung masih Level IV (Awas) dengan rekomendasi masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di dalam Zona Perkiraan Bahaya yaitu di dalam area kawah Gunung Agung dan diseluruh area di dalam radius enam
    kilometer dari Kawah Puncak Gunung Agung.

    Zona perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan aktivitas Gunung Agung yang paling aktual/terbaru. Di dalam radius enam kilometer terdapat 12 Desa (Ds) yang harus dievakuasi, yakni Ds. Nawakerti, Ds. Jungutan, Ds. Buana Giri, Ds. Sebudi, Ds. Besakih, Ds. Datah, Ds. Pempatan, Ds. Tulamben, Ds. Dukuh, Ds. Kubu, Ds. Baturinggit, dan Ds. Ban.

    Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran sungai-sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai dan mengantisipasi potensi ancaman bahaya sekunder berupa lahar hujan terutama pada musim penghujan seperti saat ini. Status Level IV (Awas) hanya berlaku pada Zona Perkiraan Bahaya seperti tersebut di atas. Masyarakat yang berada di luar zona bahaya dapat beraktivitas seperti biasa namun agar tetap menjaga kewaspadaan. aya/ama

    Advertisement