PARIWISATA
Soal Keramahan Wisatawan Muslim di Bali, Sudirta Minta Wisnuthama Belajar Obyektif dan Representatif
‘’Saudara Muslim dan Hindu di Bali sudah ratusan tahun saling menghargai, sama-sama memberikan keramahan, apalagi bagi wisatawan Muslim. Tidak pernah ada diskriminasi, karena Bali menyediakan keramahannya bagi semua wisatawan. Soal makanan halal yang menjadi kebutuhan wisatawan Muslim, ada restoran yang menyediakan makanan halal, tapi banyak wisatawan asing yang suka menikmati kuliner dari daging babi, dan semuanya dipisahkan secara baik, agar tetap nyaman bagi yang tidak suka. Bahkan resto vegetarian pun berkembang bagus, bisa menjadi pilihan wisatawan yang tidak makan daging sama sekali,’’ jelas Sudirta.
Lagi pula, pengertian pariwisata yang ramah bagi wisatawan Muslim, belum dielaborasi dengan baik, sehingga mudah menimbulkan reaksi apriori. Sudirta memahami, mengapa banyak yang apriori, karena sebelum gagasan Menpar Wisnuthama ini, sudah ada wacana sebelumnya, diantaranya mengembangkan pariwisata halal yang sudah ditolak, dan sebelum itu ada wacana pariwisata syariah, yang juga menjadi kontroversi. ‘’Sebaiknya menteri fokus pada pengembangan kepariwisataan untuk Bali yang menyumbang devisa sangat besar kepada negara dirasakan belum mendapat kontribusi balik yang seimbang untuk merawat berbagai sumber penghasil devisa tersebut, diantaranya kebudayaan. Menpar tolong mendengar juga beban yang dipikul oleh masyarakat Bali dalam pembangunan, yang menarik wisatawan datang ke Bali,’’ katanya. tim/ama