EKONOMI
Stok Pasir Langka, Pembangunan di Bali Mulai Terancam
Ket foto : Stok pasir di Bali mulai langka akibat ditutupnya galian C di Kabupaten Karangasem.
Denpasar, JARRAKPOS.com – Kelangkaan material pasir akibat ditutupnya galian C di Kabupaten Karangasem yang masuk dalam wilayah KRB mulai mengancam pembangunan di Bali. Karena itu, baik Gapensi ataupun REI sepakat menunggu stimulus yang diberikan pemerintah apalagi proyek proyek yang dikerjakan sudah mendekati batas akhir pengerjaan. “Dengan ditutupnya galian C otomatis distribusi material ke beberapa proyek terhambat. Untuk itu kami minta stimulus dari pemerintah bagaimana kedepannya,” ujar Ketua DPD REI Bali Pande Agus Permana Widura di Denpasar, Selasa (5/12/2018).
Dikatakan Agus, dengan adanya kelangkaan pasir dalam beberapa bulan terakhir otomatis memicu kenaikan harga pasir yang mempengaruhi harga material lainnya. Diungkapkan pula ada rencana pihaknya mendatangkan pasir dari Lombok dan Kalimantan. “Kami dari organisasi berharap adanya kelonggaran kelonggaran yang diberikan pemerintah. Apalagi saat ini kami juga sudah menurunkan margin karena harga pasir yang naik,” tuturnya.
Meskipun margin diturunkan, namun ia menampik adanya pengurangan material dalam pengerjaan proyek sebagai implikasi kenaikan harga material. “Ndak ada itu yang namanya material dikurangi, meski harga material mahal,” tukasnya sembari mengatakan perlu ada solusi soal pengadaan pasir dengan mendirikan depo di Benoa, apalagi ini termasuk force majeur. Pasalnya dengan adanya depo di Benoa harga bisa ditekan menjadi Rp 2 juta per tujuh kubik. Sedangkan kalau melalui Gilimanuk bisa mencapai Rp 2,5 juta. “Tujuannya adanya depo agar tidak ada yang bermain dalam kondisi ini. Harga terakhir pasir di pasaran Rp 2,3 juta yang didatangkan dari Soongan, Kintamani, tapi kualitasnya kurang bagus,” ucapnya.
Dari tempat berbeda Ketua Gapensi Bali, I Wayan Adnyana yang dihubungi melalui selulernya pun menyatakan hal yang sama, selain menunggu stimulus dari pemerintah, pihaknya mengakui mulai kesulitan mendapatkan material. “Kita juga ada opsi mendatangkan material dari daerah lain diluar Bali, tapi itu sifatnya opsi. Atau pemerintah memberikan perpanjangan waktu atas proyek proyek yang sedang kami kerjakan,” katanya dengan menambahkan dalam kondisi sekarang ini semua tergantung dari kebijakan pemerintah.
Disebutkan Adnyana, saat ini tengah menunggu keputusan dari gubernur Bali. Bahkan ia telah menyiapkan opsi bila situasi ini masih berlanjut hingga tenggat waktu proyek habis. “Opsi yang pertama diberikan perpanjangan waktu, yang kedua ketika tenggat waktu habis maka pemerintah hanya membayar yang sudah dikerjakan, kontrak ditutup, tapi jangan dikenakan pinalti. Prinsipnya kita bertanggung jawab penuh atas proyek yang kami kerjakan,” tutupnya. gus/ama
You must be logged in to post a comment Login