PARIWISATA
Stop Pembangunan Kamar Hotel, Bali Harus Kuatkan Wisata MICE
Denpasar, JARRAKPOS.com – Over supply kamar hotel dinilai sebagai sebuah indikator ketimpangan arah pembangunan pariwisata di Bali. Bahkan analisis akademisi pariwisata Universitas Udayana mencatat kebutuhan kamar hotel di Bali sebanyak 90.000 kamar namun pertumbuhan akomodasi yang begitu pesat membuat terbangunnya kamar hingga 146.000. Demikian terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) Pariwisata Synergy and Harmony In One Island One Management One Voice yang dilaksanakan Bank Indonesia KPw Bali, Selasa (6/8/2019). Acara ini turut dihadiri Ka.KPw BI Bali Trisno Nugroho, Plt. Kadisparda Bali Puti Astawa dan Ketua GIPI Bali IB Agung Partha Adnyana.
Pasokan kamar hotel di Bali yang terus mengalami penambahan juga tersaji melalui survei Bank Indonesia KPw Bali, dimana pasokan perhotelan di Bali pada triwulan II 2019 meningkat 3,44 persen (qtq) atau 6,54 persen (yoy). Penambahan pasokan ini dikontribusikan oleh pembangunan hotel di daerah Sanur dan Seminyak. Pasokan kamar hotel didominasi oleh hotel bintang 4 (44,71 persen), bintang 5 (38,78 persen), dan bintang 3 (16,52 persen). Akademisi Pariwisata Uiversitas Udayana Agung Suryawan mengatakan, ancaman terbesar peningkatan kualitas pariwisata Bali yang berkelanjutan adalah over supply kamar hotel. “Sampai 10 tahun ke depan pun Bali tidak perlu penambahan kamar, walaupun pertumbuhan kunjungan wisatawan 20 persen. Jadi, stop pembangunan hotel,” katanya.
Baca juga : “Bank Indonesia Mengajar” Angkat Digitalisasi Ekonomi Digital
Sementara Eksekutif Direktur BPPD Badung Mangku Made Sulasa Jaya menegaskan pembicaraan mengenai startegi pembangunan pariwisata berkelanjutan sudah menghasilakn formulasi sehinga yang perlu dilakukan adalah pemahaman budaya dan reidentifikasi budaya sebagai penguatan pondasi pariwisata Bali. Sehingga strategi pembangunan dengan konsep satu manajemen satu pulau harus dimulai dari sektor promosi sesuai empat pilar pariwisata Bali yaitu destinasi, pemasaran, kelembagaan atau tata kelola, dan industri. Ditegaskan praktisi pariwisata Bagus Sudibya, permasalahan over supply kamar hotel adalah tugas regulator sehingga harus terbangun komitmen yang jelas antara pemerintah dengan pelaku usaha di sektor pariwisata. “Kalau okupansi ratenya belum 70 persen, jangan diberikan membangun lagi. Dengan demikian, maka akan tercipta quality tourism,” jelas pemilik Bagus Agro Pelaga ini.
Menurut praktisi MICE Ketut Jaman, Bali memiliki sarana dan prasarana memadai untuk wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition). Menututnya Bali sudah memiliki modal besar untuk menggarap potensi ini lebih luas lagi. “Bali punya potensi wisata MICE yang sangat besar. Kalau ini digarap lebih serius, maka akan sangat membantu mendongkrak kunjungan wisatawan,” jelasnya lanjut mengatakan jika ingin mengembangkan wisata MICE ini lebih profesional maka Bali harus memiliki lembaga/badan yang khusus mengurus hal tersebut. “Saya yakin kalau badan khusus untuk menggarap MICE ini bisa dibentuk dan proaktif menjemput bola, maka event-event besar yang banyak di luar negeri bisa dibawa ke Bali,” jelas Managing Director Melali MICE ini. Hal senada diungkapkan Ka.Kpw BI Bali, Trisno Nugroho, dimana wisata MICE bisa dijadikan strategi untuk meningkatkan kunjungan di saat low season (waktu sepi kunjungan). “Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, wisata MICE dinilai strategis untuk mengisi bulan-bulan sepi kunjungan. Apalagi dari sisi pendapatan, MICE cukup besar,” ujar Trisno. eja/ama
You must be logged in to post a comment Login