EKONOMI
Sukses di Lampung, Menteri Teten Masduki Sambangi Aceh Kembangkan Korporatisasi Petani Pisang Cavendish
Aceh, Jarrakpos.com – Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki terus menggalakan program korporatisasi petani berbasis koperasi salah satnya produk pisang Cavendish. Setelah sukses uji coba produk pisang Cavendish di kabupaten Tenggamus Provinsi Lampung, kini menyisir kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.
Dalam keterangan tertulis Humas Kementrian Koperasi dan UKM RI Nomor : 85/Press/SM.3.1/II/2022, Menteri Teten hadir secara langsung di acara launching penanaman pisang Cavendish dalam rangka program akselerasi pengembangan korporatisasi petani melalui koperasi, di kawasan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Sabtu (26/2/2022). Turut hadir mendampingi menteri Teten, Wakil Bupati Bener Meriah dan pihak swasta PT Great Giant Pineapple.
” Ini merupakan suatu bentuk komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani melalui kolaborasi berbagai pihak, kolaborasi lintas Kementerian yang direplikasi di tingkat Dinas, menjadi kunci untuk terbangunnya korporasi petani dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani ” Tutur Menteri Koperasi dan UKM
Menurut Teten, sinergitas dan berkolaborasi dengan petani dan koperasi, dapat mendekatkan diri ke pasar, baik pasar nasional maupun global. Kemitraan dengan PT Great Giant Pineapple (PT GGP) yang berperan sebagai offtaker dapat melakukan penyediaan bibit, pendampingan, pengemasan, grading sampai pada pengiriman ke pasar ekspor.
Untuk memenuhi standarisasi ekspor, maka kemitraan koperasi dengan PT GGP menjadi penting. Bukan hanya dari proses pembudidayaan pisang Cavendish, namun juga sampai pada pemenuhan sertifikasi ekspor. ” Seperti komoditas pisang terdapat 21 sertifikat ekspor yang sudah diurus PT GGP, sehingga bisa masuk sampai ke pasar Eropa dan Amerika,” Tambah Menteri Teten.
MenKopUKM terus mengajak para petani di berbagai daerah untuk melakukan konsolidasi lahan dan SDM petani dalam wadah koperasi. Selain untuk mencapai skala ekonomis, jangan biarkan para petani bekerja sendiri-sendiri. Lanjut Teten, Koperasi Ara Cahayani Gayo (ACG) dapat berperan sebagai konsolidator sekaligus agregator dari hasil panen yang akan diproduksi. Koperasi ACG ini sudah memperluas pengelolaan komoditas utama kopi ke pisang.
” Koperasi yang berhadapan dengan buyer, sehingga harga tidak dipermainkan pasar dan para petani memiliki kepastian pasar dan stabilitas harga, karena koperasi yang berperan sebagai offtaker pertama,” Ungkap MenKopUKM.
Di tempat yang sama, Dailami, Wakil Bupati Bener Meriah meenjelaskan, pemanfaatan lahan untuk pisang Cavendish ini sangat potensial untuk dikembangkan masuk ke pasar ekspor. Manfaat yang dirasakan petani di Bener Meriah antara lain menerima bibit pisang sebanyak 2000 batang dari PT Great Giant Pineapple. Tak hanya itu, menurut Dailami, di Bener Meriah juga bisa dikembangkan pertanian minyak Nilam, dengan lahan tersedia seluas 1000 hektar.
“Bila lahannya semakin luas dan besar, saya berharap akan ada industri pengolahan buah-buahan di Bener Meriah, setelah lahan 3,5 hektar dan 12 hektar, ditargetkan pengembangan selanjutnya ada di lahan seluas 300 hektar, dan bekerjasama dengan PT Great Giant Pineapple,” ujar Dailami.
Kawasan Berikat Holtikultura
Dalam kesempatan yang sama, Direktur PT Great Giant Pineapple (GGP) Welly Sugiono menyebutkan bahwa penanaman pisang Cavendish di Pintu Rime Gayo merupakan langkah lanjutan dari lahan sebelumnya seluas 3,5 hektar di Bener Meriah.
“Hasilnya, pada produksi 2021, mampu menghasilkan 4.950 box dengan masing-masing box seberat 13 kilogram. Jadi, total pisang Cavendish yang dihasilkan sebanyak 65 ton, dengan kualitas luar biasa bagus, dan dalam 11 bulan sudah bisa dipanen ” Ujar Welly Sugiono.
Welly berharap, langkah tersebut akan menjadikannya sebagai Kawasan Berikat Holtikultura pertama di Bener Meriah. Ke depan, lahan pisang Cavendish akan dikembangkan bersama koperasi dengan luas lahan 12 hektar. Bahkan, tidak hanya akan ditanami pisang dan kopi saja, melainkan buah-buahan tropikal lainnya seperti alpukat, jengkol, dan lain-lain.
Dengan pola kemitraan seperti ini, Welly mengatakan bahwa petani mempunyai akses pupuk, infektisida, dan sebagainya, tanpa subsidi dari pemerintah. “Saya berharap kerjasama dengan pemerintah, termasuk Pemda, bisa lebih baik,” kata Welly.
Welly pun menekankan bahwa kemitraan ini memiliki fokus utama terciptanya pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Dengan memiliki tanah yang subur, UMKM di sana pun akan turut berkembang. “Saya juga berharap, nantinya ekspor buah-buahan tropik akan berasal dari Aceh, bukan dari daerah lain,” pungkas Welly.
You must be logged in to post a comment Login