NEWS
Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak Apresiasi Peluncuran Buku Ahmad Nawardi
SURABAYA – Senator asal Jawa Timur, Ahmad Nawardi, menggelar peluncuran buku pertamanya bertajuk ‘Parlemen Jalanan ke Parlemen Senayan’ di Gedung Amphitheater Kampus II UIN Sunan Ampel, Gunug Anyar, Surabaya, pada Rabu (16/11). Kegiatan peluncuran buku dan dialog kebangsaan ini dihelat bersamaan dengan Diesnatalis Sewindu FISIP UIN Sunan Ampel.
Hadir pada kegiatan tersebut Wakil Gubernur Jawa Timur, Elistiarto Dardak, Wakil Rektor III UINSA, Dekan FISIP UINSA, dan seluruh jajaran dekanat dan civistas akademik UINSA. Sebagai pembicara, hadir Dekan FISIP UINSA, Dr. Abd Chalik, Editor Buku, Muchlas Jaelani, dan wartawan senior Jawa Pos, M. Sholahuddin.
Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Eliastianto Dardak, menyampaikan ucapan selamat atas ulang thun ke-8 FISIP UINSA. Emil juga mengapresiasi terbitnya buku perdana Ahmad Nawardi. Menurutnya, pemilihan judul pada buku tersebut memiliki makna yang kompleks dan luhur.
“Mas Nawardi tentu adalah sosok yang berpengalaman dlam semua concern karir beliau selama ini. Sebagai alumni UINSA, yang dulu bernama IAIN, tentu pengalaman dan pengetahuan beliau diasah tidak cukup hanya pada ratusan jumlah SKS di kampus, tetapi pengalaman organisasi, kelompok diskusi, dan jariangan yang mumpuni,” terang Emil disambut tepuk tangan.
Terbitnya buku ini, lanjut Emil, akan menjadi inspirasi untuk semua orang, terlebih bagi almamater UINSA. Emil juga menyinggung, universitas Islam tentu sangat melekat dalam dirinya. Pasalnya, istri Emil juga alumni IAIN Tulungagung.
“Tentu saya berharap, output dan lulusan UINSA memiliki corak yang berbeda dengan kampus negeri lain, terutama FISIP. Produk FISIP UINSA harus memiliki warna berbeda dengan produk FISIP Unair, misalnya,” terang Emil di hadapan ratusan peserta dan undangan.
Uji Buku di Kampus
Kegiatan lalu dilanjutkan dengan sesi peluncuran buku dan dialog kebangsaan yang dimoderatori oleh Wakil Ketua IKA PMII Jawa Timur, Dr. H. Moh. Saeful Bahar, M.Si. dengan ketiga narasumber.
Saat menyampaikan prolog tentang buku, Ahmad Nwardi menyebut bahwa buku tersebut ditulisnya berdasarkan pengalaman dan perjuangan selama ini. Meski tak utuh dikarang seluruhnya, tapi buku ini menjadi represntasi obyektif bagaimana Nawardi membangun relasi, menelurkan gagasan, meniti karir, hingga ke parlemen sekrang.
“buku ini sekaligus menjadi refleksi dan inspirasi pembaca, terutama kalangan mahasiswa dan pelajar hari ini. Buku ini disusun berdasarkan kisah kecil seorang anak petani yang memiliki cita-cita tinggi. Alam dan Tuhan telah membuktikannya hari ini,” ternag Nawardi.
“Justru karena outobiografi ini ditulis sebagai jejak kesakisan dan kisah, maka saya akan bedah ini untuk diuji di laboratorium ilmiah, yakni di kampus, di hadapan mahasiswa, akademisi, praktisi,” lanjut dia.
Bagi Nawardi, kampus adalah spektrum ilmu yang bisa menguji produk keilmuan. Dalam buku yang dicetak Indopublika Pers tersebut, Nawardi menyebut banyak menulis soal gagasan politik dan kebangsaan yang dipadu dengan kisah-kisah. “Karena itu, bagi saya, hanya kampus yang punya kewenangan menguji gagasan saya,” tutupnya.
You must be logged in to post a comment Login