NEWS
Wayan Sunada Temukan Simantri Berbasis SIG, Sajikan Jejak Peta Digital
Denpasar, JARRAKPOS.com – Kepala UPT Simantri Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali, I Wayan Sunada, SP. M.Agb berhasil menemukan model Analisis Spasial Faktor Utama dan Klasifikasi Numerik Berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis) yang diangkat dalam disertasi untuk membuat model peningkatan pendapatan usaha Program Simantri di Bali. Penemuan tersebut dipaparkan, saat mengikuti ujian terbuka untuk meraih Gelar Doktor Progran Studi Doktor Ilmu Pertanian, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Selasa (8/1/2019). Sebelumnya, desertasi yang mengambil tema Model Peningkatan Pendapatan Petani Pada Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) Tahun 2012 di Provinsi Bali ini telah mengikuti ujian tertutup yang diketuai Prof. Dr. Ir. I Made Adnyana, MS.
Pada kesempatan itu, Wayan Sunada menjelaskan, data base tingkat pengelolaan Simantri berbasis SIG meliputi data lokasi dan profil simantri. Termasuk didalamnya terkait pendamping, jumlah ternak, jumlah pupuk, bio urine, bio gas, tanaman budidaya, luas lahan garapan, hingga pendidikan dan usia petani hal ini secara terintegrasi disajikan dalam bentuk peta digital. Sebagain besar pendapatan petani dipengaruhi faktor jenis usaha, SDM dan biaya produksi. Dari ketiga faktor tersebut faktor yang paling dominan mempengaruhi pendapatan kelompok Simantri yakni terkait jenis usaha. Sehingga penyediaan data base berbasis SIG sangat diperlukan dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Simantri. “Penelitian ini berbasis IT dengan model GIS (Geografi Information Sistem), pengelompokan atau pengklasifikasian memudahkan untuk mengetahui ternak-ternak kita yang ada di Simantri dan keberadaannya seperti apa,” papar Sunada.
Baca juga :
Penyediaan data base berbasis teknologi SIG juga dijelaskannya sangat diperlukan dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Simantri. Model klasifikasi numerik dan analisis PLS-SAM ini dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan program Simantri di Provinsi Bali pada tahun yang berbeda atau di masa mendatang. Ditegaskannya, pendampingan sangat diperlukan untuk meningkatkan pendapatan anggota Simantri berdasarkan prestasi. Diharapkan juga sebaiknya kelas Simantri yang kurang didampingi oleh pendamping dengan pendidikan peternakan. Kelas sedang didampingi oleh pendamping dengan pendidikan teknologi pertanian. Bagi Simantri yang sudah masuk kelas sangat baik didampingi dengan pendidikan agribisnis atau teknologi pasca panen. “Setelah dilakukan penelitian hasilnya luar biasa, apa yang disampaikan masyarakat Simantri bisa meningkatkan pendapatan dua kali lipat, memang benar adanya justru lebih. Dengan sistem aplikasi GIS lebih pas, jadi kita bisa fokus melakukan pembinaan dan pendampingan untuk Simantri yang tidak optimal,” jelasnya.
Terbangunnya peta Simantri ini tidak akan membuat pemerintah meraba-raba lagi atau menunggu ada pihak ketiga melaporkan kondisi sebuah Simantri. Program pemerintah untuk petani yang terbangun sejak tahun 2009 ini dijelaskan Sunada, hingga tahun 2019 ada sebanyak 752 Simantri. Data Simantri lainnya bisa dimasukkan dalam SIG, sehingga terbangun data Simantri yang baik hingga kurang baik di seluruh Bali. Hal Ini juga yang menjadi harapan Kepala UPT Simantri, agar Simantri di Bali kedepan tetap mendapatkan perhatian penuh kendati untuk tahun 2019 sudah tidak ada lagi pengembangan Simantri baru. Adanya 125 proposal yang menumpuk di mejanya juga membuktikan semangat petani untuk mewujudkan Simantri masih tinggi. Tersedianya SIG kedepan yang mencakup semua Simantri dipastikan akan semakin menguatkan kelembagaan dan pemantapan Simantri. Berkat verifikasi yang baik data terakhir menunjukkan kelemahan penerapan Simantri yang mencolok hanya ada di daerah Kota Denpasar dan Kabupaten Karangasem karena kendala masing-masing akibat sewa lahan dan masalah air dan pakan.
Baca juga :
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana Prof. Dr. Ir. Nyoman Rai, MS selaku Ketua Ujian Terbuka untuk Promovendus Wayan Sunada mengatakan, hasil desertasi yang disajikan sangat baik sebagai upaya memetakan kondisi Simantri berdasarkan beberapa variabel yang dipersentasikan. Terciptanya sistem berbasia IT sangat tepat untuk mengontrol Simantri yang benar-benar perlu mendapatkan pendampingan yang lebih optimal, tentunya harus didukung berbagai terobosan dan kerjasama dengan stake holder yang ada. “Agar kedepan lebih inovatif dalam mengerjakan Simantrinya. Studi Simantri juga menunjukkan adanya sarana dan kebijakan pemerintah mempengaruhi keberhasilan Simantri utamanya jenis usaha,” ungkapnya seraya membenarkan Simantri sangat berkembang di seluruh negara. Peningkatan kesejahteraa petani harus didukung peningkatan inovasi dan kreatifitas, ditambah berbagai bentuk bantuan dari pemerintah. eja/ama
You must be logged in to post a comment Login