PARIWISATA
Zero Dollar Tiarap, Bali Datangkan Turis Tiongkok Berkelas Mahal
[socialpoll id=”2522805″]
Denpasar, JARRAKPOS.com – Bali Tourism Board (BTB) optimis penghapusan sistem jual-beli kepala turis Tiongkok akan mendorong percepatan Bali menjadi destinasi wisata dunia yang mengedepankan kualitas wisatawan atau quality tourism. Jumlah wisatawan Tiongkok yang disuplai oleh kelompok “zero dollar” ini dipastikan akan tiarap, bahkan akan turun hingga diatas 5 persen namun diharapkan kembali pulih sekitar 6 bulan kedepan. “Setelah kita bersepakat menutup toko-toko yang memakai sistem jual-beli kepala, sesuai arahan Pak Konjen (Tiongkok, red) melalui we-chat dengan saya mungkin akan mengalami penurunan sedikit. Karena yang mengikuti zero dollar fee sampai 60 persen mungkin akan terjadi penurunan, mudah-mudahan tidak signifikan dan lama,” jelas Ketua Bali Tourism Board (BTB), I.B. Agung Partha Adnyana, di Denpasar, Sabtu (27/10/2018) malam.
Lebih lanjut pria yang akrap disapa Gus Agung ini menjelaskan, pihaknya bersama pemerintah dan stake holder pariwisata akan selalu menjalin komunikasi dengan Konjen Tiongkok untuk membantu upaya pemulihan melalui promosi guna mendatangkan wisatawan berkualitas. Mengingat jumlah kunjungan wisatawan Tiongkok 60 persen ke Bali melalui travel agent ilegal maka bisa diprediksi peristiwa ini sekaligus memberikan dampak positif untuk meningkatkan harga tour. “Kita sudah pasti menuju quality tourism, ini istilahnya price barrier yakni akan terjadinya peningkatan harga tour. Jadi jumlah tamu yang berwisata kelasnya menjadi lebih mahal,” harapnya.
Baca juga :
Praktisi pariwisata yang juga Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali ini juga menjelaskan, menurunya kualitas wisatawan karena ulah travel ilegal Tiongkok yang berani menjual paket wisata ke Bali hanya dengan US$600. Semestinya wisatawan Tingkok mengunjungi Bali dengan Baquet minimak sekitar US$ 1.200 hingga US$ 2.200 sudah termasuk tiket, land tour dan akomodasi hotel dan restaurant selama 4 malam 5 hari. Untuk toko shooping ilegal diharapkan segera ditutup agar semua kembali normal. Wisatawan Tiongkok menurutnya lebih suka berbelanja souvenir dan produk oleh-oleh dari sentra industri kreatif bukan untuk membeli barang-barang yang selama ini ditawarkan toko shooping ilegal.
Pihaknya menegaskan akan tetap bekerjasama dengan pemerintah memberikan masukan-masukan agar tidak terjadi kekosongan kunjungan wisatawan Tiongkok. Upaya pengawasan harus terus dilakukan agar trevel agent dan toko shooping ilegal benar-benar gulung tikar. Bila kedepan masih ada biro perjalanan wisata atau toko shooping bodong masih buka, maka harus dilakukan penindakan tegas yang berpotensi dilakukannya dipencabutan izin usaha. “Yang paling penting pengawasannya setelah ini. Setelah toko-toko ini ditutup jangan sampai temen-temen travel agent masih bermain mata, ikut jual-beli kepala jadi harus ada punishment hingga pencabutan izin usaha,” tegasnya.
Baca juga :
Ditegaskan Gus Agung pula, upaya peningkatan kualitas wisatawan Tiongkok tidak bisa setengah hati karena persaingan biro perjalanan wisata sudah semakin pelik dan tidak hanya terjadi di Bali umumnya di Indonesia. Ketegasan pemerintah ini dipastikan tidak akan memberi celah baru bagi travel agent dan toko shooping ilegal untuk berolerasi karena persaingan harga sangat mudah diketahui dan dapat segera ditindak merujuk pada pengalaman yang terjadi saat ini. “BPW (travel agent, red) ilegal, toko ilegal tutup saja jangan sampai ada lagi. Ini perlu ketegasan dari pemerintah, nanti akan ketahuan kalau ada yang bermain. Harga mereka pasti jauh,” paparnya seraya mengatakan “Jika komisi jual-beli kepala berhasil dihapus, jumlah touris China mungkin turun sedikit di awal, karena kelompok zero dollar akan terpengaruh. Namun, jumlah wisatawan berkualitas lebih besar pasti akan meningkat,” tutupnya. eja/ama
Pingback: TKA Mafia Toko “Shopping” Tiongkok Marak, Dewan Soroti Lemahnya Kinerja Timpora - Bersama Membangun Bangsa