Connect with us

EKONOMI

Jelang Galungan dan Nataru, Stok Komoditi Pangan Pokok di Bali Tekendali

Published

on

[socialpoll id=”2522805″]


Denpasar, JARRAKPOS.com – Mengantisipasi kelangkaan stok pangan pokok menjelang hari raya keagamaan (Galungan dan Kuningan), Natal dan tahun baru di Provinsi Bali, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali melaksanakan rapat koordinasi (Rakor) evaluasi, Rabu (19/12/2018). Rakor evaluasi yang dipimpin langsung, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, M.Si itu, untuk menghitung proyeksi produksi berdasarkan kondisi tanam dan panen di lapangan untuk beberapa komoditi pangan pokok yang biasanya mengalami peningkatan kebutuhan masih terkendali.

Apalagi menjelang hari raya besar keagamaan akan terjadi peningkatan permintaan kebutuhan pokok sehari-hari yang berakibat pada inflasi (karena kenaikan harga-harga) pada bulan-bulan bersangkutan. Bahan pangan pokok yang cenderung meningkat permintaannya secara signifikan seperti beras, cabai, bawang merah sert beberapa jenis sayuran dan buah-buahan. Kemampuan daerah untuk menyediakan bahan pokok dari produksi lokal sangat tergantung pada keadaan panen di lapangan karena produk pertanian yang sifatnya musiman. “Proyeksi ketersediaan stok pangan didasarkan data tanam dan panen sesuai laporan dan pengamatan lapangan,” jelasnya.

Baca juga : Harga Pangan Merangkak Naik, Dinas Ketahanan Pangan Fokus Stabilkan Pasokan

Advertisement

Ketersediaan beras berdasarkan data panen padi bulan Oktober – Desember diproyeksikan sebesar 164.087 ton, sedangkan kebutuhan 104.454 ton. Sehingga ada surplus pada akhir Desember sebanyak 59.633 ton yang cukup untuk kebutuhan bulan Januari 2019. Dengan perhitungan kebutuhan beras per bulan 34.818 ton dengan konsumsi per kapita 99,48 Kg per tahun atau 8,29 Kg per bulan. “Luas tanam dan panen merata di Bali, karena fungsi subak masih berjalan dalam proses budidaya padi. Bulan yang relatif rendah panennya umumnya bulan Januari, Juli dan Agustus karena saat tersebut masa tanam padi, yang berarti petani baru saja habis panen pada bulan sebelumnya,” papar Wisnuardhana.

Proyeksi produksi bawang merah bulan Oktober – Desember sebanyak 3.047 ton, sedangkan kebutuhan mencapai 4.379 ton. Sehingga terjadi kekurangan sebesar 1.332 ton pada bulan Nopember – Desember. Hal ini akibat puncak pertanaman bawang di bulan Juli – Agustus yang dipanen bulan September – Oktober. Ia mengungkapkan kelebihan produksi di bulan Oktober tidak bisa disimpan karena belum tersedia sarana pergudangan yang memadai. Petani tetap menjual bawangnya di bulan Oktober walaupun harganya relatif rendah yakni Rp18 ribu untuk eceran dan Rp15 ribu di tangan petani. Selanjutnya diprediksi harga merangkak naik pada bulan Desember menjadi Rp25 ribu untuk harga eceran.

Baca juga : Bank BPD Bali Luncurkan e-Retribusi Pungutan di Pasar Beringkit

Produksi cabai merah bulan Oktober – Desember 2018 sebanyak 3.979 ton dengan kebutuhan 2.238 ton, sehingga terjadi surplus 1.741 ton. Harga cabai rawit merah juga mengikuti harga pasar kota lain terdekat dengan Bali walaupun produksi surplus. Harga cabai mengikuti harga pasar lain di luar Bali, karena mendorong produksi cabai dikirim ke lokasi lain di luar Bali. Produksi cabai rawit merah bulan Oktober – Desember 2018 sebanyak 5.294 ton dengan kebutuhan 2.520 ton sehingga surplus 2.774 ton. Untuk sayuran dan buah masyarakat akan membeli sesuai ketersediaan di pasar. Bulan Desember pasar akan dibanjiri buah lokal seperti buah mangga, manggis, durian dan anggur sehingga suplai buah mencukupi. Sementara adanya kenaikan harga umumnya lebih disebabkan faktor psiologis pasar. eja/ama

Advertisement
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Warning: Undefined variable $user_ID in /home/jarrakpos/public_html/wp-content/themes/zox-news/comments.php on line 49

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply