EKONOMI
Jelang Galungan Harga Cabe Makin “Pedas”
Denpasar, JARRAKPOS.com – Seperti biasanya, menjelang hari besar keagamaan akan terjadi peningkatan harga-harga kebutuhan pangan pokok khususnya beras, cabe dan bawang. Apalagi saat menjelang Hari Raya Galungan, 24 Juli 2019 dan Kuningan, 3 Agustus 2019 sudah mulai terjadi peningkatan harga khususnya cabe rawit yang makin “pedas” di pasaran. Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Tanamna Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali, Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, MSi membenarkan harga cabai rawit meroket. Dari pantauannya akibat permintaan yang meningkat hampir satu setengah kali lipat.
“Di lain pihak panen cabe di Bali pada bulan Juli 2019 relatif terbatas, inilah sebabnya harganya naik,” paparnya saat ditemui bersama Kepala UPT Pertanian Terpadu, Dr. I Wayan Sunada, S.P.,M.Agb., di Denpasar, Senin (22/7/2019), seraya menyebutkan, dari hasil pemantauan harga pasar, harga cabe rawit cukup signifikan kenaikannya yaitu Rp60.000,- s/d Rp 70.000,- per kg. Sedangkan pada hari – hari biasa harganya pada kisaran Rp 20.000,- s/d 30.000,- per kg. sedangkan komoditi pangan pokok lainnya relatif stabil : beras Rp 10.000,- s/d Rp 11.000,- per kg, bawang merah dan bawang putih Rp 30.000,- per kg.
Baca juga : Bali Terima Penghargaan Inovasi Pelayanan Publik Lewat Sipadu
Menurut birokrat asal Tabanan itu, jumlah kebutuhan pangan pokok di Bali dengan jumlah penduduk 4,2 juta orang, jika dibandingkan dengan produksi Bali sesungguhnya mencukupi, bahkan produksinya melebihi kecuali bawang putih. “Akan tetapi karena produksinya bersifat musiman maka kadang-kadang pada bulan – bulan tertentu terjadi kekurangan karena tidak musim panen,” bebernya.
Dikatakan stok pangan saat ini masih aman, karena dari rata-rata produksi dan kebutuhan pangan pokok di Bali dalam setahun, seperti untuk komuditi beras rata-rata produksi setahun sekitar 530.000 ton, dari kebutuhan 430.000 ton, sehingga masih surplus 100.000. Sementara itu, bawang merah dari produksi 18.000 ton per tahun kebutuhannya hanya 17.000 ton setahun atau surplus 1.000 ton. Sedangkan untuk bawang putih memang masih minus 9.500 ton, karena produksinya hanya pertahun 1.400 ton, padahal kebutuhan pertahun sekitar 11.000 ton.
Baca juga : Paparkan Sipadu, Sekda Dewa Indra Tegaskan Komitmen Bali Menuju Pulau Organik
“Nah untuk cabe besar sebenarnya sudah surplus 13.500 ton per tahun dari produksi sekitar 22.000 ton, termasuk cabe rawit produksinya mencapai 42.000 ton pertahun dari kebutuhan 34.000 ton, sehingga masih kita kelebihan 8.000 ton sebenarnya,” tandasnya, namun khusus untuk cabe rawit yang akhir-akhir ini cukup melonjak harganya memang karena produksi pada bulan Juli ini yang relatif terbatas. Produksi cabe rawit Bulan Juli 2019 diproyeksikan sebesar 296 ton, sedangkan kebutuhannya 840 ton.
Selain itu, puncak panen cabe rawit di Bali terjadi pada bulan Septemnber yang dapat mencapai 1.250 ton. Di sisi lain dijelaskan, konsumsi per orang per tahun untuk beras 99 kg, bawang merah 4 kg, bawang putih 2,5 kg, cabe 4 kg. Namun kenaikan harga beberapa komoditi pangan pokok menjelang hari raya keagamaan masih dalam batas-batas kewajaran, bila terjadi kenaikan harga yang tidak wajar akan dilaksanakan operasi pasar khususnya oleh Bulog. Selain itu, pihaknya juga berkoordinasi untuk adanya pasokan dari luar Bali, disamping operasi pasar, jika diperlukan oleh Bulog.
Baca juga : Paksa Petani Kaya, Polda Bali Bersama LSM JARRAK Bali Genjot Produksi Pertanian Berlipat Ganda
“Upaya-upaya lain yang kita dilakukan dalam mengantisipasi keterbatasan ketersediaan stok dan stabilisasi harga, diantaranya meningkatkan produksi sekaligus menggelar pasar murah bersama Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bali,” katanya. aka/ama
You must be logged in to post a comment Login