Connect with us

NEWS

Tak Punya Pilihan, 33 KK Pengungsi Gunung Agung Masih Bertahan di Desa Amerta Buana

Published

on

[socialpoll id=”2522805″]


Karangasem, JARRAKPOS.com – Masih ingat di pikiran kita bencana erupsi Gunung Agung yang seakan tidak bisa dipastikan kapan akan berhenti. Terbukti, walaupun status Gunung Agung masih level 3 beberapa penduduk dekat lereng gunung lebih memilih bertahan di pengungsian. Hal itu berdasarkan informasi sosial media (sosmed), sehingga menggerakan jiwa sosial dari kelompok organisasi anak muda (seke teruna) yang langsung mengadakan kegiatan tahunan bakti sosial, yaitu ST Bhina Eka Budhi, Singapadu Tengah, Gianyar.

Seke teruna yang kini berumur 57 tahun ini kembali mengadakan bakti sosial yakni menyasar keluarga kurang mampu dan para pengungsi Gunung Agung. Bekersama dengan PHRi Bali, gerombolan anak muda itu langsung menyasar sejumlah keluarga kurang mampu di Paksa Bali, Klungkung dan pengungsi Gunung Agung yang bertempat di Posko Banjar Tegeh Desa Amerta Buana Kecamatan Selat, Karangasem dengan asal pengungsi dari Banjar Sorga Desa Galih Sebudi.

Baca juga :

Advertisement

Pemuda Tani Ternak Remaja Mandiri Bali Dibentuk, Jadi Musuh Utama Alih Fungsi Lahan

Pada kesempatan itu, Perbekel Desa Amerta Buana, I Wayan Suarya Arsana menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan seke teruna sebagai bentuk bakti sosial. Harapanpun muncul dari seke teruna, agar semua ini cepat terlewati dan segera berakhir. “Kegiatan ini tiap tahun kami adakan baik ke panti asuhan maupun membantu keluarga kurang mampu. Tapi karena melihat informasi yang ada di sosial media segara kami hubungi perbekel dan minggu ini kegiatan bisa terialisasi dengan bekerja sama dengan PHRI Bali. Semoga apa yang kami berikan disini bisa bermanfaat bagi warga pengungsi dan tidak banyak kami sumbangkan namun rasa keikhlasan kami yang mendalam harus kembali lagi untuk memberi dapat ikut merasakan dalam kekurangan mereka,” tandasnya.

Dewi Pradewi dari pihak PHRI Bali mengatakan rasa syukur bisa ikut kegiatan seke teruna ini, sehingga lebih dalam mendapat informasi bahwa benar di lapangan kondisinya sangat memprihatinkan. “Kondisinya sangat menyentuh hati, sehingga kami akan kembali lagi mengkonfirmasi member-member kami yang akan menyiapkan beberapa kekurangan yang ada. Semoga bisa segera terwujud,” paparnya seraya ditambahkan I Wayan Suarya Arsana selaku perbekel mengatakan dirinya sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini. Apalagi pengungsi dari Banjar Sogra ini diminta untuk bertahan dulu disini. “Karena kita tidak mau mengambil resiko jarak meraka dengan kawah gunung hanya 4 kilometer dan jalur ases sepeda motor hancur. Kondisi jalan juga putus dan kini sudah mulai proyes perbaikan dan saya disini berbicara mewakili pengungsi kami tidak mau dicap pencitraan, karena hanya mengharapkan sumbangsih dari donator,” tegasnya.

Baca juga :

Advertisement

Misterius, Warga Temuan Tulang Belulang Manusia di Hutan Cekik

Selama ini, munculnya kesadaan pengungsi harus tidur di posko. Kalau pekerjaan berladang tetap mereka lakukan, namun belum menghasilkan dan ada juga antara mereka memiliki orang tua yang sudah lanjut usia 80-an sebanyak dua orang dan ada minggu lalu ada yang baru melahirkan, hingga malam hari pula ada beberapa orang yang menginap di rumahnya mendengar suara gumuruh Gunung Agung. “Melihat keadaan seperti itu saya dari prebekel dan pasebaya meminta meraka tetap bertahan disini,” ujar perbekel tiga periode ini. ipo/ama